Sabtu, 17 Desember 2011

Kampung "Megalitikum" Bena

    Kampung adat Bena ada dalam wilayah Desa Tiworiwu, Kecamatan Jerebu'u, Kabupaten Ngada. Kampung tradisional ini begitu orisinil menyimpan warisan leluhur. Berusia sekitar 1.200 tahun, pesona kampung tradisional ini sangat kental terasa melalui arsitek kuno bangunan rumah-rumahnya dan budaya megalitik


   


    Rumah adat Bena terbuat dari kayu, bambu dan alang- alang berderet rapi pada sisi kiri dan kanan berhadapan dengan halaman tengah berbentuk segi empat yang disebut kisanata. Hubungan harmonis terjalin antar klan yang mendiami rumah berarsitektur tradisional dalam sistim matrilinear. Rumah adat di Kampung Bena terdiri dari tigas jenis bangunan utama yaitu sao saka puu, sao saka lobo dan sao wua ghao, serta bangunan pendukung lainnya yakni ngadhu, bhaga, sao kaka dan wekawoe. Sao saka puu lebih besar dari sao saka lobo dan sao wua ghao. Sebagai tempat utama, sao saka puu harus menempatkan miniatur bhaga (simbol perempuan) di atapnya. Sedangkan sao saka lobo identik dengan ngadhu (simbol laki-laki)


 
Ngadhu                                                        Bhaga                          

    Bangunan arsitektur Bena tidak hanya merupakan hunian semata namun memiliki fungsi dan makna yang mendalam yang mengandung kearifan yang masih relevan diterapkan masyarakat pada masa kini dalam pengelolaan lingkungan binaan yang ramah lingkungan. Bila diperhatikan, proses pembuatan rumah adat Bena mulai dari pemilihan lokasi sudah berdasarkan pakem serta perhitungan tertentu. Misalnya, gerbang masuk kampung dibuat dengan struktur susunan batu yang tinggi, suasana kampung tidak terlihat kecuali menapaki tangga masuk paling atas. Lahan kampung yang berkontur tanah berbukit tersebut sengaja dipilih untuk kepentingan keamanan kampung

 
    

   Nilai yang dapat diketahui bahwa masyarakat Bena tidak mengekploitasi lingkungannya ia lahan permukiman yang dibiarkan sesuai kontur asli tanah berbukit. Bentuk Kampung Bena menyerupahi perahu karena menurut kepercayaan megalitik bahwa perahu dianggap mempunyai kaitan dengan wahana bagi arwah yang menuju ke tempat tinggalnya. Namun nilai yang tercermin dari perahu ini adalah sifat kerjasama, gotong royong dan mengisyararkan kerja keras yang dicontohkan dari leluhur mereka dalam menaklukan alam mengarungi lautan sampai tiba di Bena


                                 
                  
     Salah satu upacaya mencegah keaslian wilayah ini dan terhindar dari modereninsasi adalah dengan melarang masuknya jaringan listrik ke wilayah itu. Masyarakat kampung Bena benar-benar bertekad untuk mempertahankan keaslian kampung mereka. Semua rumah dibangun menyerupai rumah adat dan tidak diizinkan membangun rumah dengan campuran yang bergaya modern. Ini sengaja dikondisikan untuk mempertahankan citra perkampungan adat tersebut sesuai sejarah pembangunan kampung tersebut

    Nilai peninggalan Pesona arsiketur rumah adat Bena bukan saja pada fisik rumah, namun satu kesatuan antara rumah, kawasan perkampungan, bentuk kampung hingga lingkungan sekitar kampung. Perpaduan dan keselarasan bentuk rumah, lingkungan dan alam dan syarat dengan makna merupakan pesona tersendiri bagi perkampungan ini








(gambar diambil dari berbagi sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar